Cari Blog Ini

Jumat, 15 April 2011

KUBUR MENYERU MANUSIA SEBANYAK LIMA KALI SETIAP HARI

1.Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2.Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu sholat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu, bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4.Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan "Laailaha illallah, Muhammadur Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya.

DOSA YANG LEBIH BESAR DARI BERZINA

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita ber-jalan terhuyung-huyung. Pakaianya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya me-nangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau per-hiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepe-dihan yang tengah merusakkan hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa as. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengam-puni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as. terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina.
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun... lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya... cekik lehernya sampai... tewas," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbua-tanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil mema-lingkan mata karena jijik. Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut.
Dia terhantuk-hantuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus ke-mana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah me-nolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun men-datangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apa-kah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran."Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Se-dang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedata-ngannya.
(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)
Dalam hadith Nabi SAW disebutkan : Orang yang mening-galkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.
Dalam hadith yang lain disebutkan bahwa orang yang mening-galkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedang-kan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.
Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadith Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.

JIBRIL AS, KERBAU, KELELAWAR, DAN CACING

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah men-jadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatangi seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku ber-syukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

TANDA-TANDA KIAMAT

Hudzaifah bin As-yad al-Ghifary berkata, sewaktu kami sedang berbincang, tiba-tiba datang Nabi Muhammad SAW kepada kami lalu bertanya, "Apakah yang kamu semua sedang perbincangkan.?"
Lalu kami menjawab, "Kami sedang memperbincangkan tentang hari Kiamat."
Sabda Rasulullah SAW. "Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda :
· *Asap
· *Dajjal
· *Binatang melata di bumi
· *Terbitnya matahari di sebelah barat
· *Turunnya Nabi Isa AS
· *Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
· *Gerhana di timur
· *Gerhana di barat
· *Gerhana di jazirah Arab
· *Keluarnya api dari kota Yaman menghalau manusia ke tempat pengiringan mereka.
Dajjal maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada ba-haya sepertinya sejak Nabi Adam A.S sampai hari kiamat. Daj-jal boleh membuat apa saja perkara-perkara yang luar biasa. Dia akan men-dakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan 'Ini adalah orang kafir'.
Asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selesma, sementara orang kafir keadaannya seperti orang mabuk, asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka.
Binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ard ini akan keluar di kota Mekah dekat gunung Shafa, ia akan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ard ini akan membawa tongkat Nabi Musa AS dan cincin Nabi Sulaiman AS.
Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orang itu 'Ini adalah orang yang beriman'. Apabila tongkat itu dipukulkan ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah 'Ini adalah orang kafir'.
Turunnya Nabi Isa. AS di negeri Syam di menara putih, beliau akan membunuh dajjal. Kemudian Nabi Isa AS akan menjalankan syariat Nabi Muhammad SAW.
Yakjuj dan Makjuj pula akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satu lagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangunkan oleh Iskandar Zulqarnain. Keluarnya mereka ini, bilangannya tidak terhitung banyaknya, sehingga kalau air laut Thahatiah diminum nis-caya tidak akan tinggal walaupun setitik.
Rasulullah SAW telah bersabda, "Hari kiamat itu mem-punyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq"
Berkata Ali bin Abi Talib, Akan datag di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, Al-Qur'an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga. Semua yang tersebut di atas adalah tanda-tanda hari kiamat."
Sabda Rasulullah SAW, "Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain daripada agama, orang lelaki taat kepada isterinya, men-durhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, orang dimuliakan karena ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan karena takut akan Allah, maka kesemua itu adalah tanda-tanda kiamat."

KISAH KELEBIHAN BERSHOLAWAT KE ATAS RASULULLAH SAW

Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, "Malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail AS. telah berkata kepadaku.
Berkata Jibril AS. : "Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca sholawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar."
Berkata pula Mikail AS. : "Mereka yang bersholawat ke atas kamu akan aku beri mereka minum dari telagamu."
Berkata pula Israfil AS. : "Mereka yang bersholawat kepadamu akan aku sujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu."
Malaikat Izrail AS pula berkata : "Bagi mereka yang bersholawat ke atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi-nabi."
Apakah kita tidak cinta kepada Rasulullah SAW.? Para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang bersho-lawat ke atas Rasulullah SAW.
Dengan kisah yang dikemukakan ini, kami harap para pembaca tidak akan melepaskan peluang untuk bersholawat ke atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah, Rasul dan para malaikat.

KISAH TEMPAT TINGGAL RUH

Abu Bakar r.a telah ditanya tentang ke mana ruh pergi setelah ia keluar dari jasad, maka berkata Abu Bakar r.a : "Ruh itu menuju ke tujuh tempat" :
1.Ruh para nabi dan utusan menuju ke Sorga Adnin.
2.Ruh para ulama menuju ke Sorga Firdaus.
3.Ruh para mereka yang berbahagia menuju ke Sorga Illiyyina.
4.Ruh para syuhada beterbangan seperti burung di Sorga sekehen-dak mereka.
5.Ruh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6.Ruh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7.Ruh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka disiksa beserta jasadnya sampai hari kiamat.
Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa : "Tiga kelompok manusia yang akan berjabat tangannya dengan para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya ialah" :-
1.Orang-orang yang mati syahid.
2.Orang-orang yang mengerjakan sholat malam dalam bulan Ramadhan.
3.Orang yang puasa hari Arafah.

BILA AJAL MULAI MENDEKAT

Baginda Rasullullah SAW berkata : Apabila telah sampai ajal seseorang, maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudian mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudian mereka keluar.
Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat ma-suk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu."
Sambung Rasullullah SAW. lagi: "Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail AS. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di sorga. Apabila orang yang ber-iman itu melihat sorga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah karena sangat rindunya pada sorga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril AS." Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril AS. akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah karena terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.
Dari sebuah Hadith bahwa apabila Allah SWT. Menghen-daki seorang mukmin dicabut nyawanya, maka datanglah malai-kat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut, maka keluarlah dzikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: "Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini karena orang ini se-nantiasa menjadikan lidahnya berdzikir kepada Allah SWT." Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, dia kembali menghadap Allah SWT. dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah SWT. berfirman yang maksudnya: "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain." Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah SWT. maka malaikat maut pun coba mencabut roh orang muk-min dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan: "Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan."
Oleh karena malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan, maka malaikat maut menco-banya dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal mela-kukan, sebab kaki berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki ini senantiasa berjalan berulang alik mengerjakan sholat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu." Setelah gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut mencobanya dari arah telinga. Baru saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena telinga ini senantiasa mendengarkan bacaan Al-Quran dan dzikir." Akhir sekali malaikat maut mencoba mencabut roh orang mukmin dari arah mata, tetapi baru saja hendak meng-hampiri mata, maka berkatalah mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini senantiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini senantiasa menangis karena takut akan Allah." Setelah semua usahanya gagal malaikat maut kem-bali menghadap Allah SWT. Kemudian Allah SWT. berfirman yang maksudnya: "Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu."
Setelah mendapat perintah Allah SWT. maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah SWT. Ketika melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah SWT maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang. Abu Bakar RA. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad.
Maka berkata Abu Bakar RA: "Roh itu menuju ketujuh tempat:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Sorga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Sorga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Sorga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di sorga mengikuti kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka disiksa berserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat."
Telah bersabda Rasullullah SAW :
"Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya :
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan sholat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.
Insya Allah kita termasuk kelompok yang tersebut diatas Amin ya robbal 'Alamiin

MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehi-dupan ini akan berakhir, akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah SWT.
Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia di-karenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada sorga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.
Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah SWT. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah."
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat ? Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di tempat-tempat maksiat, dan pulang larut malam. Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu men-dengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibacanya berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan keba-nyakan di antara mereka adalah orang yang fasik”. (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu meng-ulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena per-buatan maksiat yang pernah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, ber-amal mulia dan beribadah kepada Allah SWT., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar karena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah SWT. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya de-ngan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlin-dungan. Dari ketujuh orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh seorang perem-puan, tetapi dia menolak ajakannya dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".
Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah SWT.
Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan mena-ngis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.

PANGGILAN TERHADAP MAYAT

Dalam suatu riwayat disebutkan, tatkala roh berpisah dari tubuh, maka ia dipanggil dari langit dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam !!!
Apakah kamu meninggalkan dunia, atau dunia yang mening-galkan kamu ?
Apakah kamu mengumpulkan dunia, atau dunia mengumpulkan kamu ?
Apakah kamu mematikan dunia, atau dunia mematikan kamu ?
Jika mayat diletakkan di tempat untuk dimandikan, maka ia dipanggil tiga kali teriakan:
Wahai anak Adam!!!
Dimanakah tubuhmu yang kuat, bukankah sekarang ini kamu menjadi lemah ?
Dimana mulutmu yang bijak, bukankah sekarang kamu diam ?
Dimana kekasihmu, bukankah mereka sekarang mengasingkan kamu?
Dikala mayat diletakkan di tempat kafan, ia dipanggil tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam!!!
Pergilah kamu ketempat yang jauh tanpa membawa bekal!
Keluarlah kamu dari rumahmu, dan tidak usah kembali!
Naiklah kuda, dan kamu tidak akan naik seperti itu selamanya, kamu akan menjadi sesuatu di dalam rumah yang penuh kesedihan!
Sewaktu mayat itu dipikul diatas usungan, ia dipanggil tiga kali jeritan:
"Wahai anak Adam!!!
Sangat berbahagialah kamu jika kamu termasuk orang yang bertaubat.
Sangat berbahagialah kamu jika amal kamu baik.
Sangat berbahagialah kamu jika sahabatmu dalam keridhaan Allah, dan alangkah celakanya kamu jika para sahabatmu orang yang di-murkai Allah."
Sewaktu mayat diletakkan untuk disholatkan, maka ia dipanggil tiga kali teriakan:
Wahai anak Adam!!!
Segala amal yang telah kamu lakukan akan kamu lihat!
Jika amal perbuatanmu baik, maka kamu akan melihat baik!
Jika amal perbuatanmu buruk, kamu pun akan melihat buruk!"
Kemudian apabila mayat sudah berada di tepi kubur, maka ia dipanggil lagi tiga kali teriakan:
"Wahai anak Adam!!!
Bukankah kamu menambahkan damai pada tempat yang sempit ini ?
Bukankah kamu membawa kekayaan di tempat kekafiran ini ?
Bukankah kamu membawa penerang ditempat yang gelap ini ?
Dan jika mayat diletakkan pada liang kubur, maka iapun dipang-gil dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam!!!
Kamu di atas punggungku bersenda gurau, tapi kamu dalam perutku menjadi menangis.
Kamu berada diatas punggungku bergembira ria, tapi kamu dalam perutku menjadi cemas dan duka.
Kamu diatas punggungku dapat berbicara, tapi kamu dalam perutku kamu menjadi diam."
Setelah manusia pulang meninggalkan mayat yang sudah diku-burkan itu, lalu Allah SWT berfirman: "Wahai hamba-hambaKu, kamu tetap terpencil dan bersendirian, para manusia sudah pergi dan pulang meninggalkan kamu bersendirian dalam kegelapan kubur. Padahal kamu telah berbuat maksiat kepada-Ku karena para manusia, karena isteri dan anak. Namun Aku sangat kasihan kepadamu pada hari ini dengan limpahan Rah-mat, yang denganya para makhluk semua kagum. Dan aku lebih kasihan kepadamu dari kasih IBU kepada anaknya."
Wahai saudara muslimin ku… siapakah mayat itu… … … .aku, kau, kamu semua sudah pasti akan menjadi mayat suatu hari nanti. Dikala itu kita pasti akan mendengar jeritan yang amat mengerikan itu sehingga makhluk lain yang mendengarnya merasa takut dan kagum terhadap Maha Pencipta. Mana amalan mu… mana kebaikanmu sebagai Khalifah Allah dimuka bumi ini… … … … ???????

'KIAT' MENJEMPUT MAUT

Alkisah menurut shirah, pernah Nabi Ibrahim as berdialog de-ngan Malaikat Maut soal sakaratulmaut. Sahabat Allah itu bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu saat eng-kau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?”
Malaikat menjawab pendek: “Engkau tak akan sanggup.”
“Aku pasti sanggup,” tegas beliau.
“Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.
Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh pingsan! Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, sean-dainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya.”
Di kesempatan lain, kisah yang diriwayatkan oleh 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas, menceritakan Nabi Ibrahim as meminta Malai-kat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman. Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Ibrahim as, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya. Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.
“Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya,” kata Nabi Ibrahim as.
Dari nukilan kisah itu, apakah bisik-bisik misteri tentang penampakan Malaikat Maut menjelang ajal seseorang benar ada-nya. ”Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar kisah dari mulut ke mulut, misalnya tentang seseorang yang tiba-tiba melihat “sesuatu” ketika salah seorang kerabatnya tengah meng-hadapi maut. Apakah itu berupa bayangan hitam, putih, atau pun hanya gumaman dialog mirip kata-kata yang dilontarkan oleh orang yang mengigau.
Namun yang pasti selain Nabi Ibrahim as, dari beberapa riwayat, Nabi Daud dan Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada feno-mena penampakan Malaikat Maut itu. Kisah sakaratulmaut itu belum seberapa bila dibandingkan dengan sakaratulmaut itu sendiri.
Sakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggam-barkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian yang ter-bebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehi-dupan paripurna manusia ini memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah SAW berkata: “Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang terkoyak?” Tetapi di bagian lain Rasulullah -- seperti yang dikisahkan oleh Al-Hasan pernah menyinggung soal kematian, cekikan, dan rasa pedih. “Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang,” sabda beliau.
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau mera-sakan kematian wahai kawanku?”
Beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik.”
“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,” firman-Nya.
Tentang sakaratulmaut, Nabi SAW bersabda, “Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian, dan sesung-guhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seraya berkata 'Sejahteralah atasmu; sekarang kita sa-ling berpisah hingga datang hari kiamat kelak'.”
Ustadz Aam Amirullah, da'i Radio OZ Bandung, menu-turkan bahwa Rasulullah SAW sendiri menjelang akhir hayatnya berucap “Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakarat-ulmaut” berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk sorga. “Lalu, mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan beliau dengan kita, yang hanya manusia biasa ini,” lanjut Aam. Maka sekitar 200-an hadirin yang memadati Aula Kantor Pusat PT Pos Indo-nesia, Bandung, mendadak tercekam hening.
Untung banyolan KH Abdullah Gymnastiar -- yang menya-pa hadirin dengan sebutan 'Calon Jenazah' -- segera memecah keheningan. Kematian, menurut Aa' Agim, mestinya tak perlu menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus senan-tiasa dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya menurut dia, berarti ingin cepat-cepat pula ditemui.
“Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya,” sabda Rasulullah SAW .
Maka, terhadap manusia yang tak pernah tergugah dengan kematian manusia lain, Aa' Agim secara guyon menyebutnya sebagai golongan “mandom” alias manusia domba. “Seperti domba di Idul Kurban. Terus makan rumput sambil menatap kawan-kawannya disembelih, padahal dia bakal dapat giliran juga,” tambah pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid ini.
Agim menganalogikan orang dalam golongan ini sebagai orang bodoh, yang meski telah diberi modal hidup tapi terhambur dengan sia-sia. “Semakin banyak kesia-siaan yang kita lakukan, semakin tinggi pula tingkat kebodohan kita. Sebaliknya, orang yang paling cerdas adalah orang yang paling sering mengingat ajal dan paling banyak mempersiapkan diri menghadapi maut,” katanya.
Khusnulkhotimah, menurut Agim, adalah suatu karunia Allah SWT yang khusus diberikan kepada manusia. Kyai yang kocak ini mengatakan, tak ada ceritanya muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga. Khusnulkhotimah itu seperti ha-diah buat manusia, atas upaya manusia yang sungguh-sungguh menjalankan tugas hidup di dunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”
Jadi jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa mendapatkan khusnulkhotimah terlebih dulu. “Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,” paparnya.
Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa dengan banyak-banyak mengingat maut menjadikan seseorang menjadi makhluk yang produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya, menurut Agim. “Ini karena setiap pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut itu bisa datang kapan saja.” Sebaliknya, kalau Allah belum memberi izin, maut tak akan datang. Agim memberi anekdot seperti orang yang bekeinginan bunuh diri di rel kereta api. Sesaat kereta me-lintas, ternyata badannya masih utuh. Karena ternyata ia berada di lintasan dengan tiga jalur rel.
Dengan selalu mengingat maut, intinya kematian menjadi semacam bahan bakar agar manusia mampu hidup produktif dan bermanfaat. Menurut Aam Amirullah, ada empat “selalu” agar manusia memiliki manfaat hidup. Pertama, selalu bermunajat kepada Allah SWT; kedua, selalu mengevaluasi dan mengin-trospeksi diri sendiri; ketiga, selalu bertafakur, mengasah diri dan ilmu; dan ke-empat, selalu memenuhi hak hidup, seperti makan, minum, tidur dengan teratur. “Jadi sebelum kita men-dekati sakaratulmaut, Rasulullah sudah memberi solusi kepada manusia. Jika ajal telah tiba, tak perlu kita takut menghadapi-nya,” tambah Aam.

MENGINGAT MATI

Kematian adalah permulaan pada kehidupan baru yang kekal abadi (akhirat). Yakin dengan sebenar-benar yakin akan alam akhirat sangat dituntut, karena merupakan penjabaran dari rukun iman yang kelima.
Sabda Rasulullah:SAW:
"Perbanyaklah mengingati mati, niscaya akan meremehkan berbagai kelezatan.” (An Nasai, Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
Ketika Malaikat maut datang menemui Nabi Yaakub AS untuk mencabut nyawa, beliau bertanya, "Bukankah aku minta agar dikirimkan utusan terlebih dahulu"
Malaikat maut menjawab, "Demi Allah telah banyak utusanku mem-beri peringatan wahai nabi Allah,
Jawab Nabi Yaakub ,"Aku tidak mengetahui dan mengenalinya,"
Jawab malaikat maut pula, "Yaitu berupa sakit, uban, pende-ngaran kurang, dan penglihatan kabur."
Rasulullah bersabda, "Berziarahlah kubur karena ia dapat meng-ingatkan kamu kepada Akhirat. Mandikan orang mati karena mengurus jasad orang mati merupakan peringatan yang mendalam. Dan shalatkan jenazah karena ia dapat menyedihkan hatimu karena orang yang bersedih dibawah naungan Allah SWT berarti bersedia dengan segala kebajikan. (Dari Abu Dzar)
Barang siapa yang banyak mengingat mati akan mengu-tamakan 3 perkara:
1. Segera bertaubat, karena yakin mati akan datang dengan tiba-tiba, tanpa disangka dan tidak mengira tempat.
2. Berhati tenang dan senantiasa mewaspadai hati dari dihing-gapi dan dikotori oleh berbagai mazmumah (sifat keji). Dan senantiasa mengingat Allah SWT.
3. Rajin beribadah dan taat, dunia ini adalah tempat beramal dan akhirat adalah tempat perhitungan.
Tanda-tanda orang yang melupakan mati
1. Menunda-nunda taubat, akhirnya mati dalam keadaan mem-bawa dosa dan belum bertaubat. Seringkali berangan-angan karena menyangka mati masih lambat dan umur akan panjang.
2. Tidak rela hidup sederhana akhirnya memburu kesenangan dan kemewahan dunia hingga lalai dari mengingat Allah SWT. Sering merasa kecewa dan putus asa seolah-olah dunia ini segala-galanya. Terlalu mementingkan diri sendiri dan sanggup menindas orang lain
3. Malas beribadah, kelezatan menikmati nikmat dunia menye-babkan lenyapnya kelezatan beribadah pada Allah SWT. Hilang kemanisan ibadah, malah merasakan kosong dan tidak bermanfaat.
Allah SWT Berfirman :
Audzubillahi minasy syathonirrojim
1. Kullu nafsindza iqotul maut (Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian)
2. Faidza ja'a Ajaluhum laa yasta'khiruna sa'ah wala yastaq dimun (Maka apabila datang waktu kematian tidaklah dapat diundur dan tidak pula dapat dimajukan.)
3. Wamal hayatuddun ya illa mata'ul ghuruur (Sesungguhnya dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memper-dayakan) Shoda-qollohul adhim.

KARAKTERISTIK ORANG TUA

Seorang Muslim sudah semestinya memikirkan masa depan dengan melakukan investment –bukan dengan stock portofolio, 401K, rumah ataupun saving account, tetapi dengan shodaqoh jariyah, menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dan membina anak yang sholeh/-ah. Ketiga aktivitas ini ternyata tercakup dalam proses pendidikan anak dan apalagi Alhamdulillah banyak diantara kita yang telah dikaruniai anak, sehingga saya tergerak untuk merangkum 6 karakteristik kepribadian seorang ayah idaman.
1. Keteladanan
Suatu pagi, saya terperanjat ketika melihat cara putriku memakai sepatunya. Ia langsung memasukkan kakinya ke dalam sepatu tanpa melepas talinya. Rupanya selama ini ia memperhatikan bagaimana cara saya memakai sepatu. Karena malas membuka simpul tali sepatu, sering kali saya langsung memakainya tanpa membuka dan mengikat simpul tali sepatu. Saya berusaha melarangnya dengan memberikan penjelasan bahwa cara memakai sepatu seperti itu bisa mengakibatkan sepatu cepat rusak. Namun hasilnya nihil. Ini merupakan satu contoh nyata bahwa anak, terutama pada usia dini, mudah sekali mencontoh orangtuanya. Tidak perduli apakah itu benar atau salah. Nasehat kita tidak ada manfaatnya, jika kita tetap melakukan apa yang kita larang.
Apakah kita sudah memberikan teladan yang terbaik kepada anak-anak kita? Apakah kita lebih sering nonton TV dibandingkan membaca Al-Quran atau buku lain yang bermanfaat? Apakah kita lebih sering makan sambil jalan dan berdiri dibandingkan sambil duduk dengan membaca Basmallah? Apakah kita sholat terlambat dengan tergesa-gesa dibandingkan sholat tepat waktu? Apakah bacaan surat kita itu-itu saja?
Allah SWT berfirman dalam surat Ash-Shaff 61:2-3: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. “
Allah SWT juga mengingatkan untuk tidak bertingkah laku seperti BaniIsrail dalam firmanNya dalam surat Al-Baqoroh :44 “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?”

2. Kasih Sayang dan Cinta
Kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang yang tulus merupakan dasar penting bagi pendidikan anak. Anak-anak usia dini tidak tahu apa namanya, tapi dengan fitrahnya mereka bisa merasakannya. Lihat bagaimana riangnya sorot mata dan gerakan tangan serta kaki seorang bayi ketika ibunya akan mendekap dan menyusuinya dengan penuh kasih sayang.
Bayi kecilpun sudah mampu menangkap raut wajah yang selalu memberikan kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang dengan tulus, apalagi mereka yang sudah lebih besar.
Rasulullah SAW pada banyak hadith digambarkan sebagai sosok ayah, paman, atau kakek yang menyayangi dan mengungkapkan kasih sayangnya yang tulus ikhlas kepada anak-anak. Sebuah kisah yang menarik yang diceritakan oleh al-Haitsami dalam Majma’uz Zawa’id dari Abu Laila.
Dia berkata: “Aku sedang berada di dekat Rasulullah SAW. Pada saat itu aku melihat al-Hasan dan al-Husein sedang digendong beliau. Salah seorang diantara keduanya kencing di dada dan perut beliau. Air kencingnya mengucur, lalu aku mendekati beliau. Rasulullah SAW bersabda, ‘Biarkan kedua anakku, jangan kau ganggu mereka sampai ia selesai melepaskan hajatnya.’ Kemudian Rasulullah SAW membawakan air.” Dalam riwayat lain dikatakan, ‘Jangan membuatnya tergesa-gesa melepaskan hajatnya.’
Bagaimana dengan kita? Sudahkan kita ungkapkan kecintaan kita yang tulus kepada anak-anak kita hari ini?
3. Adil
Siapa yang belum pernah dengar kata sibling rivalry dan favoritism? Jika belum dengar, maka ketahuilah! Siapa tahu kita termasuk orang yang telah melakukannya. Seringkali kita terjebak oleh perasaan kita sehingga kita tidak berlaku adil, misalnya karena anak kita yang satu lebih penurut dibandingkan anak yang lain atau karena kita lebih suka anak perempuan daripada anak laki-laki dll.
Rasulullah SAW bersabda: “Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu dalam pemberian.” (HR Bukhari)
Masalah keadilan ini dikedepankan untuk mencegah timbulnya kedengkian diantara saudara. Para ahli peneliti pendidikan anak berkesimpulan bahwa faktor paling dominant yang menimbulkan rasa hasad/ dengki dalam diri anak adalah adanya pengutamaan saudara yang satu di antara saudara yang lainnya.
Anak sangat peka terhadap perubahan perilaku terhadap dirinya. Jika kita lepas kontrol, sesegera mungkin untuk memperbaiki, karena anak yang diperlakukan tidak adil bisa menempuh jalan permusuhan dengan saudaranya atau mengasingkan diri (menutup diri dan rendah diri).
4. Pergaulan dan Komunikasi
Seringkali kita berada dalam satu ruangan dengan anak-anak, tapi kita tidak bergaul dan berkomunikasi dengan mereka. Kita asyiik membaca koran, mereka asyik main video game, atau nonton TV.
Banyak hadith yang menggambarkan bagaimana kede-katan pergaulan Rasulullah SAW dengan anak-anak dan remaja. Beliau bercanda dan bermain dengan mereka.
Bagaimana dengan kita yang sudah sibuk kuliah sambil bekerja plus ‘ngurusin’ IMSA (**smile**)? Mana ada waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak? Sebenarnya ada waktu, jika kita mengetahui strateginya. Misalnya, sewaktu menemani anak bermain CD pendidikan di sampingnya, kita bisa menjelaskan cara mengerjakan/bermainnya, lalu memberi contoh sebentar, lantas bisa kita tinggalkan. Begitu pula dengan buku bacaan dan permainan lainnya. Repotnya ada sebagian ayah yang tidak mau berkumpul dengan anak-anak, terutama yang menjelang dewasa karena takut kehilangan wibawa atau kharismanya. Ini pandangan yang keliru. Yang lebih tepat adalah kita jaga keseimbangan, artinya kita tidak boleh terlalu kaku dalam memegang kekuasaan dan sayangnya, tetapi juga tidak boleh terlalu longgar.
5. Bijaksana Dalam Membimbing
Rasulullah SAW bersabda: “… Binasalah orang-orang yang berlebihan …” (HR Muslim). Jadi metoda yang paling bijaksana dalam mendidik dan mengarahkan anak adalah yang konsisten dan pertengahan – seimbang, yakni tidak membebaskan anak sebebas-bebasnya dan tidak mengekangnya; jangan terlalu sering menyanjung, namun juga jangan terlalu sering mencelanya. Bila ayah memerintahkan sesuatu kepada anaknya, hendaknya ayah melakukannya dengan hikmah, penuh kasih sayang, dan tidak lupa membumbuinya dengan canda seperlunya. Jelaskan hikmah dan man-faatnya, sehingga anak termotivasi untuk melakukannya. Jangan lupa juga untuk memperhatikan kondisi anak dalam melaksanakan perintah atau aturan tersebut.
Imam Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa melatih pribadi perlu kelembutan, tahapan dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain, tidak menerapkan kekerasan, dan berpegang pada prinsip pencampuran antara rayuan dan ancaman.
6. Berdoa
Para nabi selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah untuk kebaikan keturunannya. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35)
Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan kepa-aku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doa-ku.” (Ibrahim:39-40)

BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena him-pitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan di-mana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya, sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.
Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ?kantor? yang tetap, apalagi se-telah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderi-taannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.
Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari bu-rung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.
Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keter-batasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan de-ngan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa ma-nusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dengan burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.
Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung d

KISAH TSABIT BIN IBRAHIM

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.
Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”.
Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.” Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”
Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?”
Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan ?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?”
Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !”
Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walau-pun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,”Assalamu’alaikum…”
Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya . Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.
Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya.
Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?
Setelah Tsabit duduk di samping istrinya, dia bertanya, “Ayah-mu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”.
Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?”
Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.
Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?” Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”.
Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat shaleha dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.
Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.

Sejarah Islam di Negeri China

Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina," begitu kata petuah Arab. Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.

Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom' - julukan Cina.

Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia.

Sebelum sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di Cina.

Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan Cina tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal Cina, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain; Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Usman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW; dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M - 618 M).

Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran.

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M - kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.

Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton - masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.

Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.

Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho - seorang pelaut Muslim andal.

Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.

Masa Surut Islam di Daratan Cina
Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman.

Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima - menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M.
Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.

Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.(nym) SuaraMedia.Com

Selasa, 03 Agustus 2010


raga ini terasa lelah dengan smua keadaan ini..
aku berharap smua ni akan berubah,
ak merasa gak sanggup lagi, aku telah mencoba merubah semua ini
tpi keadaan tetaplah sama..
mungkin jka kakiku ini bergerak sendiri tanpa perintah dri otakku
mungkin dia akan berhenti tuk melangkah...

Sabtu, 31 Juli 2010

kata

B arang siapa menanti fajar dengan kesabaran
akan menemukan fajar dengan kekuatan
barang siapa mencintai cahaya akan di cintai cahaya ( kahlil gibran)

kalangan muslim spanyol telah menorehkan catatan paling mengagumkan dalam sejarah intelektual pada abad pertengahan (mediavelis) di eropa.Antara pertengahan abad ke-8 dan ke-13. Orang orang yang berbicara dengan bahasa Arab adalah para pembawa obor kebudayaan dan peradaban penting yang menyeruak menembus seluruh pelosok dunia. Selain itu mereka juga merupakan wasilah perantaraan yang menghubungkan ilmu dan filsafat yunani klasik sehingga khazanah kuno itu di temukan kembali. Tak hanya menjadi mediator mereka juga memberikan beberapa penambahan dan proses transmisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan lahirnya pencerahan di Eropa Barat. Dalam semua proses tersebut bangsa arab-spanyol mempunyai andil yang sangat besar.
Di antara pencapaian yang telah mereka peroleh adalah dalam ranah pemikiran filsafat dan tasawwuf yang merupakan rantai yang paling kuat dalam mata rantai yang menghubungkan antara filsafat yunani ,timur dan latin barat, pencapaian mereka semakin kokoh dan di akui terutama dalam kontribusi mereka yang telah berhasil melakukan upaya mengkompromikan antara wahyu, akal dan intuisi serta agama dan ilmu pengetahuan. Untuk menunjukkan sisi dari kontribusi muslim spanyol abad pertengahan dalam ranah fisafat akan penulis ketengahkan nama Ibnu thufail yang merupakan tokoh filosuf muslim neo-platonis spanyol yang telah mencapai orisinalitas karya yang sedemikian rupa yang hidup pada masa pemerintahan dinasti muwahhidun.
Namanya adalah Abu bakr Muhammad bin Abd al malik ibn Muhammad ibn Thufail al Qaisi di nisbahkan kepada qobilah Qais yang yang merupakan qobilah termasyhur pada saat itu Beliau di lahirkan pada abad 12 di lembah khushoib yang jauhnya sekitar 60 km dari Granada sebagaimana kalangan islam pada masa itu dia belajar lebih dari satu bidang keilmuan meliputi filsafat, kedokteran, matematika, kosmologi ,sastra dan sufisme dari beberapa ulama islam pada masanya hingga akhirnya berhasil mencapai keahlian dalam bidang kedokteran sehingga di percaya sebagai dokter pribadi oleh abu ya’qub yusuf al manshur (1163-1184) yang merupakan khalifah dinasti Muwahhidun saat itu, dan beliau wafat pada tahun 1185 di ibukota muwahhidun, Maroko.
Sebagaimana umumnya para filosuf yang tenggelam dalam kerja kontemplatif ibnu thufail juga berfikir tentang alam dan bagaimana proses-prosesnya serta agama dan bagaimana kemunculannya kemudian beliau merangku
m hasil-hasil pencerahannya dalam karyanya yang terkenal yang di beri nama hay bin yaqdhan (hidup anak kesadaran, yang bermaksud bahwa intelek manusia berasal dari intelek Tuhan ) atau di kenal juga sebagai asraar al falsafah al isyraqiyah (rahasia-rahasia filsafat eluminasi) dan hasil karyanya ini telah di terjemahkan ke dalam bahasa latin pada masa di mana bahasa tersebut hanya di gunakan sebagai penterjemah karya-karya besar ilmiyah (magnum opus) yang menjadi referensi utama, termasuk yang telah menterjemahkannya ke dalam bahasa latin adalah Giovanni vico dolla Mirandolla (Abad 15) kemudian yang paling terkenal adalah Edward pockoke yang memberi tajuk pada karya tersebut Philosophus Autodidaktus (al filosuf al mu’allim nafsaha/Sang filosuf Autodidak) di mana nama tersebut di tujukan sebagai apresiasinya terhadap ibnu thufail, pada masa selanjutnya karya ini juga telah di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia. yang di dasarkan pada edisi bahasa latin diantararanya adalah simon ockley yang menerjemahkanya dalam bahasa inggris : The improvement of human reason (1708) kemudian di susul oleh edisi barunya dengan judul The History of Hayy ibn Yaqzhan (1926) dan di terjemahkan pula oleh Leon Gauthier ke dalam bahasa prancis di sertai dengan teks arabnya Hayy Ben Yaqdhan Roman Philosophique d’ibn Thofail di samping kemudian telah di terjemahkan ke dalam bahasa Spanyol.Jerman.Rusia, Belanda dan lain lain
Secara ringkas karya ini berkisah tentang seorang anak yang tumbuh tanpa ayah dan ibu di sebuah pulau tak berpenghuni, anak tersebut di sebut oleh ibnu thufail sebagai hay bin yaqdhan (hidup anak kesadaran) yang kemudian hari di ambil anak oleh seekor kijang dan di besarkan dengan air susunya hingga akhirnya menjadi dewasa dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri, ketika umurnya telah mencapai usia tujuh tahun hay bin yaqdhan menemukan bahwa dirinya ternyata berbeda dengan hewan-hewan lain yang berada di pulau tersebut karena berbeda dengan dirinya hewan-hewan tersebut ternyata memiliki ekor,pantat dan bulu-bulu di bagian-bagian tubuhnya hal tersebut membuat hay bin yaqdhan mulai berfikir dan menggunakan potensi akalnya yang kemudian ia menjadikan daun-daunan untuk menutupi badannya untuk beberapa saat sampai akhirnya menggantinya dengan kulit binatang yang telah mati, sampai pada suatu saat matilah kijang yang mengasuhnya yang mendorongnya untuk memeriksa tubuh dari kijang tersebut tetapi secara kasat mata dia tak menemukan sesuatu yang berbeda dari ketika kijang itu masih hidup. Kemudian ia mulai membedahnya hingga menemukan pada rongga tubuh kijang tersebut gumpalan yang di seliputi oleh perkakas tubuh yang mana darah di dalamnya menjadi beku maka hay bin yaqdhan mulai tahu bahwa jantung jika berhenti maka bersamaan itu pula kehidupan suatu makhluk hidup akan berakhir…selain dari pada itu pada suatu hari hay bin yaqdhan menyalakan api di pulau tersebut maka ia mulai merasakan bahwa api ternyata dapat memberikan penerangan dan membangkitkan panas tidak cukup dengan itu ia juga menemukan bahwa daging burung dan ikan yang di bakar api terasa lebih enak dan sedap maka mulailah ia selalu menggunakan api untuk memasak makanan dan seterusnya mulailah ia memperkuat penggunaan indranya dan menggunakan apa yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Dan hay bin yaqdhan juga menyaksikan bahwa alam ini tunduk dalam suatu aturan kosmos dan akan berakhir pada titik ketiadaan….dan yang di maksud dengan alam adalah segala eksistensi yang immanent dan bisa kita rasakan dan semuanya itu mempunyai karakter “Baru” ( haadist) yang berarti di dahului oleh ketiadaan (yang dalam teori penciptaan di sebut sebagai creatio ex nihilo), dan setiap yang baru mengharuskan adanya yang mengadakan dan hipotesa ini akhirnya membawa hay bin yaqdhan pada suatu kesimpulan tentang “Sang Pencipta (The creator) dan ia juga menyaksikan bahwa segala eksistensi di alam ini bagaimanapun berbedanya ternyata mempunyai titik-titik kesamaan baik dari segi asal maupun pembentukan maka ini mengarahkannya pada pemikiran bahwa segala yang ada ini bersumber dari subyek yang satu (causa prima) maka iapun mengimani Tuhan yang satu.
Kemudian hayy bin yaqdhan mulai mengarahkan pandangannya ke langit dan melihat matahari yang terbit dan terbenam setiap harinya secara berulamg-ulang maka seperti itulah dalam pandangannya aturan kosmos yang berkesinambungan sebagaimana yang terdapat pada planet dan bintang-bintang , tidak cukup dengan itu hay bin yaqdhan berkesimpulan bahwa termasuk sifat tuhan adalah apa2 yang bisa kita lihat melalui jejak-jejak ciptaannya maka tampaklah karakter Tuhan sebagai Eksistensi yang Maha sempurna ( The perfect one ) lagi kekal (Eternal ) dan yang selainnya akan rusak dan berakhir pada ketiadaan.
Seiring dengan berjalannya waktu sampailah Hayy bin yaqdhan pada umurnya yang ke 35…dan mulailah ia mencari indra apa dalam dirinya yang membawanya pada hipotesa-hipotesa dan menunjukinya pada kesimpulan-kesimpulannya yang telah lampau. Maka ia menemukan apa itu akal(reason), ruh(spirit) dan jiwa(nafs/soul). Dan ia tetap hidup di pulaunya sampai beberapa saat dengan kecondongan rohani dan kesenangan melakukan ekstasi (semedi) sambil berkontemplasi tentang segala ciptaan sebagai teofani ( tajalliyaat ) sang wajibul wujud (The necessary being).
Sampai pada suatu saat singgahlah di pulau tersebut untuk pertama kalinya seorang manusia bernama Asal….seorang ahli ibadah yang hidup secara asketis (zuhud) yang datang dari negri yang jauh untuk beribadah,bertapa dan berkontemplasi , maka bertemulah Asal dengan Hayy bin yaqdhan . dan Hayy bin yaqdhan pun mengambil pelajaran darinya tentang segala nama-nama ( Al asmaa’ kulluhaa ) dan kebenaran-kebenaran wahyu ( syariat ). Dan setelah masa yang panjang Hayy pun akhirnya mampu berbicara dengan bahasa Asal . dan melalui interaksinya dengan Hayy maka Asal pun tahu bahwa apa yang telah di capai Hayy dengan akalnya secara mandiri tanpa bantuan yang lain itu ternyata mempunyai kesinambungan dengan apa yang telah di bawa oleh nabi-nabi .
Dan kemudian Asal pun membawa Hayy bin yaqdhan kepada kaumnya , dan mulai berorasi dan memperingatkan kaumnya( sebagaimana para nabi) dengan apa-apa yang te
lah ia lihat dan dapatkan dari pengalamannya tentang kesejatian hidup, keremehan harta benda dan pentingnya merenungi tanda-tanda kekuasaan Sang pencipta tetapi ia terlalu vulgar dalam penyampainnya sehingga kaumnya pun menghindarinya karena menganggapnya menyimpang dari pemahaman literar matan matan kudus wahyu. akhirnya Hayy bin yaqdhan berpaling kepada Asal dan berkata bahwa nabi-nabi lebih tahu tentang jiwa-jiwa manusia dari pada dirinya dan pelajaran-pelajaran dan pengalaman yang ia capai ketika masih hidup di pulau bersama hewan-hewan itu lebih tinggi dan adi luhung dari fase manusia yang ia hadapi sekarang. Dan akhirnya Asal pun menemani Hayy bin yaqdhan hidup bersama-sama dengannya beribadah dan merenung sampai maut menjemput mereka.

Orisinalitas Ibnu Thufail dan hubungannya dengan para filosuf

Banyak kalangan terpelajar yang melakukan kajian terhadap Ibnu Thufail berasumsi bahwa apa yang telah di capai oleh Ibnu Thufail dalam pemikiran filsafat mempunyai keterkaitan dengan para filosuf pendahulunya, sebagian berasumsi bahwa ia terpengaruh dengan pemikiran Ibnu Bajah, sebagian lagi beranggapan bahwa pemikirannya memiliki keterpengaruan terhadap filsafat Al Farobi, sedang sebagian yang lain memiliki kecurigaan kuat bahwa Ibnu Thufail merupakan murid otentik terhadap pemikiran-pemikiran Ibnu Sina bahkan menduga bahwa sesungguhnya ia telah mengambil “kalau tidak bisa di katakan memplagiat” segala sesuatunya dari Ibnu Sina sampai kepada nama tokoh-tokoh dan karakter dalam roman filsafatnya, sedangkan yang lain ada juga yang berpendapat bahwa ia terpengaruh kepada Al ghozali sampai kepada pendapat yang mengatakan tentang keterkaitan pemikirannya terhadap pengaruh filsafat Hindia, Persia dan Yunani, tetapi kalau kita teliti lebih dalam karyanya akan kita dapati bahwa sesungguhnya Ibnu Thufail dalam pemikiran fisafatnya merupakan pribadi yang independent dan memiliki orisinalitas dan keistimewaan tersendiri, untuk melepaskan Ibnu Thufail dari tuduhan para kritikus yang menuduh Ibnu Thufail telah melakukan pengekoran terhadap para filosuf pendahulunya Sheikh Al azhar terdahulu Dr. Abdul halim mahmud dalam bukunya Ibnu Thufail Wa Falsafatuhu ( Ibnu Thufail dan Filsafatnya ) telah memberikan penjelasan yang cukup argumentatif yang dalam hal ini akan penulis beberkan secara ringkas sebagai berikut :
Adapun bukti yang memperlihatkan indepedensi Ibnu Thufail dari pengaruh Al Farobi dapat kita baca dari sikap Ibnu Thufail sendiri terhadap Al Farobi yang mana ia telah memproklamirkan secara terang-terangan bahwa pemikiran yang terkandung dalam karya-karya Al Farobi penuh dengan skeptisisme ( kastrah assyukuuk ) kemudian memberikan contoh dengan pendapat Al Farobi yang mengatakan bahwa kebahagiaan hanya terdapat dalam dunia material yang kita tempati sekarang ini ( addaar addunya ) lalu mengkritiknya dengan ungkapannya “ Sungguh pendapat ini telah mendorong sikap pesimis seluruh manusia dari rahmat Tuhan dan telah menempatkan orang yang memiliki keutamaan dan seorang pendosa dalam satu level dengan mengatakan bahwa seluruhnya akan kembali kepada ketiadaan ( ex nihilo ) dan pendapat yang sedemikian itu merupakan kesalahan fatal yang tak dapat di tolerir”. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Ibnu Thufail telah mengambil sikap antipati terhadap pemikiran al farobi dan telah menolaknya secara global jika tidak bisa di katakan secara parsial, maka merupakan pernyataan yang tidak logis untuk mengatakan bahwa pemikiran Ibnu Thufail merupakan kepanjangan tangan dari pemikiran Al Farobi sekalipun ia telah membaca karya-karya Al Farobi maka itu tidak lain merupakan pembacaan kritis ( qiroah annaqidh ).
Adapun Ibnu Bajah ia bukan termasuk penduduk Andalusia dan Ibnu Thufail telah mengklaim bahwa Ibnu Bajah bukanlah orang yang lebih cerdas dan lebih mempunyai pemikiran cemerlang di banding dirinya karena ia terlalu di sibukkan oleh dunia dengan memperbanyak dan mengumpulkan harta benda sampai dengan kematiannya dan ini bersebarangan dengan upaya untuk sampai kepada pengetahuan level tertinggi yang dalam redaksi Ibnu Thufail di sebut sebagai level orang-orang yang memperoleh kebenaran ( maraatib uuli asshidq ). Karena itu Ibnu Thufail menyebut Ibnu Bajah hanya sampai pada fase filosuf pemikir saja (Ahl Annadhar ) yang bisa di capai dengan pengetahuan aksiomatik dan penalaran rasio dan itu hanya merupakan fase pertama ( al marhalah al ula ) bukan merupakan fase tertinggi yang di sebut Ibnu Thufail sebagai fase Ahl al wilayah yang merupakan puncak cita-cita Ibnu Thufail sekalipun ia juga berpendapat bahwa fase aksiomatik-rasional bisa mengantarkan pada kebenaran argumentasi namun ia menyebutnya sebagai fase permulaan saja sampai kemudian ia menolak rasio sebagai dasar pengetahuan sejati.
Adapun tentang Ibnu Sina , Ibnu Thufail telah di buat kagum olehnya karena dengan ketajaman metode rasionalnya ia berhasil melangkah dan memberikan karakter pada fase atau level uuli ashidq sekalipun ia tetap menganggap Ibnu Sina bukanlah orang yang telah menceburkan diri, menghirup dan merasakan manisnya fase tersebut. Ini setali sekelindan dengan pernyataan Baron Carodevo bahwa Ibnu Sina mempelajari sufisme dan mistisisme hanya sebatas sebagai obyek kajian tematik tapi tidak sampai pada tataran praksis, sekalipun kekuatan nalarnya telah membuatnya mampu untuk memberikan karakteristik pada fase tersebut, dan inilah yang telah menempatkan Ibnu Sina setingkat dengan Ibnu Bajah pada fase rasional-aksiomatik akan tetapi Ibnu Sina telah mampu selangkah lebih maju dalam karakterisasi persoalan metafisika dengan sedemikian teliti dan indah, dan pada ranah inilah sisi kekaguman Ibnu Thufail kepada Ibnu Sina walaupun ia belum sampai pada fase ma’rifat yang di inginkan Ibnu Thufail yang berbeda dengan fase rasional-aksiomatik dan merupakan fase intuitif-experimentatif (tadhawwuq), penyingkapan (kasyf ) dan penyaksian (musyahadah) seperti yang di sebutkan dalam pernyataan Ibnu Thufail “ Jangan kalian duga bahwa filsafat yang telah sampai kepadaku lewat karya-karya Aristoteles, Abu Nasr Al Farabi dan buku Asyifa’ Ibnu Sina dapat memenuhi tujuan yang aku dambakan, bahkan tak ada satupun yang termuat dalam karya-karya ahli Andalusia yang dapat memuaskanku” adapun asumsi sebagian penulis tentang kesamaan roman filsafat Ibnu Thufail dengan kisah karya Ibnu Sina dapat terpecahkan jika kita mau mencoba memisahkan kisah simbolis Ibnu Sina dari simbol-simbol yang meliputinya maka akan kita dapati bahwa itu hanya merupakan karya yang mempunyai arti biasa yang dapat di tulis oleh semua orang. Dari sudut pandang ini dapat kita simpulkan bahwa Ibnu Thufail mempunyai pendapat dan pemikiran yang mandiri dan tidak mengekor kepada Ibnu Sina dan ia menganggap bahwa pencapaian Ibnu Sina hanya merupakan suatu fase dari fase-fase pengetahuan yang bukan merupakan esensi pengetahuan.
Adapun tentang Al ghazali Ibnu Thufail berpendapat dengan pernyataannya “ tak di ragukan lagi bahwa Syeikh Abu hamid ( Al ghazali ) termasuk orang yang telah merasakan puncak kebahagian dan telah sampai kepada fase termulia dan kudus ( fase ulu asshidq atau pengetahuan sejati dalam konteks nilai pengetahuan ) akan tetapi terlepas dari apresiasi Ibnu Thufail terhadap Al ghazali kalau kita telaah dan bandingkan lebih jauh antara pemikiran filsafat Ibnu Thufail dan Al ghazali akan kita dapati perbedaan yang cukup mencolok terutama sikap mereka terhadap fase aksiomatik-rasional. Di satu sisi al ghazali menolak dengan tajam fase tersebut dan menganggap bahwa penalaran rasio tidak dapat mengantarkan seseorang kepada hakekat dan keyakinan, dan pernyataan Ibnu Thufail dalam roman filsafatnya terutama ketika menggambarkan tentang fase pertama ( aksiomatik-rasional ) sangat kontra produktif dengan pendapat Al ghazali tersebut karena di situ Ibnu Thufail masih mengakui eksistensi penalaran rasio sebagai metode mencapai pengetahuan yang merupakan fase pertama yang harus di lewati untuk mencapai pengetahuan sejati akan tetapi lebih dari itu Ibnu Thufail masih mengakui Al ghazali sebagai orang yang telah mencapai esensi pengetahuan yang luhur.
Dari penjelasan yang telah lewat dapat kita simpulkan dengan tegas bahwa Ibnu Thufail merupakan filosuf orisinil yang independent dan mandiri dalam pemikiran-pemikirannya dan ia memiliki metode tersendiri dalam upaya mencapai esensi pengetahuan dan ini di tegaskan lagi dengan pernyataannya tentang karyanya “ karya ini mengandung penjelasan-penjelasan yang tidak di dapatkan dalam sebuah buku dan merupakan ilmu yang tersimpan yang tidak di terima kecuali oleh orang-orang yang telah makrifat kepada Tuhan dan tidak di tolak kecuali oleh orang-orang yang tertipu”

Filsafat Ibnu Thufail

Filsafat Ibnu Thufail secara ringkas sesungguhnya ingin menyatakan bahwa seorang manusia yang mempunyai pikiran yang cerdas dan memiliki kesiapan secara natural memungkinkan untuk sampai kepada suatu pengetahuan secara gradual dari suatu yang indrawi kepada suatu yang rasional atau dari suatu yang tak di ketahui (majhul ) menuju suatu yang di ketahui ( ma’lum) sampai kemudian menuju ke pembentukan pengetahuan yang bersifat metafisika , dan kemungkinan itu tetap ada sekalipun ia hidup di habitat yang terisolir dari manusia tanpa bantuan bahasa, tradisi, agama dan budaya yang mewarnainya , dan itulah tema yang ingin di tunjukkan dalam kehidupan hay bin yaqdhan dalam keterisolasirannya yang total sejak kelahirannya , ini berbeda dengan Ibnu Sina dan Ibnu Bajah yang berpendapat bahwa pemikiran tentang hal-hal metafisika merupakan hasil dari pembelajaran, study, dan inteletualitas yang berarti mensyaratkan bagi orang yang mencapai pengetahuan tersebut untuk hidup dalam habitat manusia.
Selain daripada itu sesungguhnya Ibnu Thufail dalam karyanya tersebut ingin menawarkan apa yang dalam diskursus filsafat di sebut sebagai epistemologi, epistemologi sendiri sebagaimana tersebut dalam wikipedia berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan di bahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, sumber-sumbernya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan yang secara singkat berarti juga teori pengetahuan. adapun di sini penulis hanya akan mencoba memfokuskan diri pada sumber-sumber pengetahuan yang merupakan tema sentral dalam roman filsafat Ibnu Thufail.
Roman filsafat Ibnu Thufail ingin menjelaskan bahwa sumber-sumber pengetahuan yang hendak di capai seorang manusia setidaknya ada tiga meliputi indrawi, akal atau rasio dan intuisi( hati) , adapun yang pertama yaitu indrawi meliputi panca indra yang lima yaitu penglihatan, pendengaran, perasam pencium dan peraba yang merupakan alat untuk mengenali lima dimensi obyek yaitu obyek-obyek fisik yang terlihat, suara, rasa , bau-bauan dan obyek yang tersentuh sekalipun begitu indrawi masih mempunyai kelemahan karena ia terkadang tidak bekerja secara sempurna maka di sinilah di butuhkan sumber pengetahuan yang kedua yaitu akal atau rasio yang dengan daya penalarannya mampu mengabstraksikan suatu obyek yang karena itu ia mampu mengetahui seluruh profil dari suatu obyek ( mungkin kisah tentang tiga orang buta yang termasyhur itu dapat membantu anda memahami konsep ini ) selain ia juga mampu menangkap esensi dari obyek yang di pahaminya dan di amati oleh indrawi dengan demikian akal atau rasio bersifat melengkapi indrawi.akan tetapi akalpun masih bersifat terbatas misalnya akal tidak mampu mengerti mengapa orang yang sedang jatuh cinta akan sangat berbeda dalam melihat realitas kenapa amr qois ketika memandang rumah laila akan memiliki makna yang berbeda di banding orang lain di sinilah di butuhkan sumber pengetahuan yang lain yang ketiga adalah intuisi ( hati ) yang menurut Ibnu Thufail mampu menangkap esensi dari pengetahuan sejati yang merupakan wilayah metafisika dengan cara penyucian jiwa (tazkiah annafs/ riyadhah ruhiyah) yang sering di capai oleh para ‘urafa dan bentuk tertinggi dari pencapaian intusi ini adalah wahyu yang di khususkan sebagai status kenabian..
Di roman filsafatnya Ibnu Thufail juga ingin menyampaikan bahwa kebenaran ternyata memiliki dua wajah internal dan eksternal yang sebenarnya sama saja . dan kedua wajah tersebut berkaitan dengan dikhotomi dua kalangan manusia yaitu kalangan khowash yang mampu mencapai taraf kecerdasan tertinggi baik melalui diskursus filosofis maupun pencerahan mistik ( kasyaf ) dan kalangan awam yang tak mampu mencapainya dan hanya mampu mengerti bahasa literal dari matan-matan kudus wahyu keagamaan.
Akhirnya marilah kita mempertimbangkan bagi adanya epistomologi islam yang lebih holistic di tengah-tengah paham rasionalisme, empirisisme, dan intusisme yang hanya melihat pengetahuan dari satu wajah, di tengah tengah intelektualitas yang kering spiritulitas atau spiritualitas yang jauh dari intelektualitas.

hampa

Terkadang kita merasakan apa sih peranan saya di dunia ini?

Apa benar jalan hidup saya di bidang yang saya tekuni saat ini?

Banyak orang yang pernah merasakan hal tersesbut, dan saya sangat
yakin kita semua pasti pernah merasakan hal itu, sebab dengan cara
seperti itulah akhirnya kita mau dan bisa meluangkan waktu lebih untuk
merenungkan Tuhan. Untuk lebih dekat dengan Tuhan dan bertanya apa sih
tujuan hidup kita?

Terkadang kita merasa, bahwa tujuan kita peranan kita adalah di
bidang yang saat ini kita tekuni, tapi di waktu lain kita merasa begitu
hampa dan mulai bertanya kembali, benarkah ini jalanku? Tidak sedikit
yang akhirnya memilih untuk berpindah jalur dan terus berpindah jalur
untuk menemukan apakah benar itu jalur untuk mereka. Sampai akhirnya
mungkin pilihan itu malah membuat mereka semakin hampa dan bertanya.

Saya pribadi sempat mengalami beberapa kali kehampaan dalam hidup
ini, sampai pada perenungan saya akhirnya ketemu juga jawabannya. Ya,
memang inilah jalanku, yah inilah tempatku, yah untuk itulah Tuhan
menempatkanku di sini...yang harus saya cari bukan lagi, apa benar di
sini tempatnya, tetapi untuk apa saya ditempatkan di sini. Itulah yang
hendak kita cari.

Jika kita mencari tahu untuk apa kita ditempatkan di sini, maka
segala menjadi jelas. Tuhan memang Maha Besar, sehingga menempatkan
kita di tempat yang benar-benar tepat sehingga kita bisa berkarya.

Selamat menemukan arti peran anda, dan nikmatilah kehampaan sesaat dalam hidup anda!
Suatu hari Rasulullah bertemu dgn salah seorang sahabat yang kondisi sangat memprihatinkan sehingga mengundang perhatian Rasul sampai Rasul berta mengapa kamu menjadi seperti ini. Orang tersebut menjawab dgn penuh percaya diri bahwasa dia menjadi seperti itu justru karena doanya. Doa adl : Ya Allah berilah saya kesengsaraan dunia dan jadikan kesengsaraan dunia sebagai indikator bahwa saya akan mendapat kebahagiaan akhirat. Mendengar jawaban itu Rasulullah hanya bersabda : inginkah aku tunjukkan doa yg lbh baik dari itu? Lalu dari peristiwa ini turunlah Surat Al-Baqarah ayat 201 Robbana atina fiddunyaa hasanahan wa fil aakhiroti hasanahan waqinaa adzaabannaari {Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka}

Jadi Rasul lbh suka kita punya sebuah kerangka berfikir bahwa kita berusaha utk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akan mejadikan kebahagiaan dunia sebagai jembatan utk mendapatkan kebahagiaan akhirat. Itu sebenar yg lbh disukai Rasul. Dan bapak-ibu pada musim haji atau yg sudah pergi haji doa yg sering kita baca doa itu. Jadi doa yang sudah sering kita dengar atau yg sudah familiar dgn pendengaran kita itu doa yg sangat luar biasa.

Doa Robbana atina merupakan doa yg paling mewarnai ketika kita melaksanakan ibadah haji dan juga utk kita yg tak sedang melakukan ibadah haji tampak doa itu harus menjadi bagian urat nadi kehidupan kita. Kita minta diberikan kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.
Oleh karena itu saya Fajar Kadafi mengajak saudara-saudara yuk kita belajar memperbaiki diri walaupun sekecil apapun dan yuk kita mulai bekerja......


Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.

Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .

Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )

Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 - Subuh )

Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad S

Rabu, 07 Juli 2010



Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.

Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.

Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.



Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata "Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "Ya".

Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;

Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.



Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.

Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.



Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.

Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.

Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!

Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.

Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..

Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.


Betapa puisi persahabatan tersebut terasa penuh makna kehidupan yang tidak pernah akan kering karena disirami oleh rasa percaya akan sesama sahabat yang begitu melekat dalam hati.

Jika Anda ingin membuat puisi persahabatan, maka sebenarnya tidak ada ketentuan baku yang membatasinya. Anda bisa secara bebas menuangkan isi hati Anda. Adapun letak kesuksesan puisi ini tentu saja ketika bisa dinikmati oleh banyak orang, akan kedalaman makna persahabatan yang terkandung didalamnya.

sunyi..


DI pena yang ku pegang ini
lebih banyak kesedihan, kekecewa,an, kepedihan
& kesunyian yang aku tuliskan
karna pada saat-saat itulah
aku sering meluapkan perasa,an ini dengan penaku
aku berharap bisa menggoreskan pena ini dengan kisah kebahagiaan
akan tetapi saat aku baru ingin memulai
menulais teentang kebahagiaan.. pena ini terhenti
dengan sendirinya,
pena ini tak mendapatkan kata-kata kebahagiaan
dari si penulisnya.
karna lebih banyak kabut kekecewaan dari sang penulis
yang menutupi kebahagiaan,nya
tiba-tiba aku teringat masa-masa kecilku..
ku ingin kembalai ke masa-masa itu
karna lebih mudah ku peroleh
kebahagiaan pada saat itu, tapi semua itu hanya imajinasi belaka.
dan aku sadar aku harus berjuang sendiri di masa saat ini
karna aku harus mencari jatidiriku..
meskkipoen lebih sulit ku temukan kebahagiaan di masa sekarang ini
aku harus berjuang tuk meraihnya,,
aku harus mencari senyumanku, aku akan mengejar keceriaan
di manapun ia berada, karna DUNIA ini hanya kejam kepada
orang yang lemah, dan aku berharap itu tidak terjadi pada diriku..







Kesunyian hadir dan menyelimuti malam..
termenung di dalam kebimbangan.
di usik oleh beribu-ribu pertanyaan
yang meragukan isi hati
kasih sayang yang ia rasakan
bagaikan orang buta yang mencari suara
apkah kasih yang kurasakan ini hampa..??
taukah hanya prasangka hati
yang kalut &bimbang saja..







kekecewaan perasaan dari hati ini karna ualah yang ku perbuat sendiri
kenapa & mengapa semua ini harus terjadi
mengapa aku bisa berbuat seperti ibni kepada diriku sendiri
kenapa aku tak pernah bisa menghadapi kenyataan ini??
aku lemah terhadap perasaan yang ku miliki
mengapa aku seperti seorang pengecut
aku ingin bangkit & menghadapi semua kenyataan ini
karna aku tak in gain menjadi lemah seperti inni
aku harus merubah diriku karna aku gak ingin selamanya mejadi seorang pengecut
Pagi ini tak cukup ramai, tapi masih ada senyuman yang bisa aku temui...
masih ada keceria,an yang bisa aku jumpai..
&itu menjadikanhari ini cukup indah tuk akku lalui..
karna,. keceriaan itu perlu dan senyuman itu sangat berharga..
semua itu bisa menjadikan semangat buat,ku
tuk melangkahkan kaki ini di pagi ini..


QOLBU...
HATI....
PERASAAN..
& PIKIRAN...
apakah benar mereka saling berinteraaksi satu sama lain..??
jika mereka memiliki tingkat keutamaan yang berbeda
lalu manakah di antara mereka yang memiliki kedudukan yang lebih mulia..???
manakah yang lebih berperan di dalam manusia..?
karna aku tak ingin salah melangkah di dalam kehidupan ini..

Jumat, 02 Juli 2010

Apakah yang burung sampaikan dengan kicauan mereka..??
apakah kicauan mereka menyampaikan prasa,an mereka
yang ceria.. tau prasa,an yang bahagia...???
ataukah kicauan mereka menyampaikan keluh-kesah mereka kepada bumi dan
semua penghuninya....??
manusia hanya bisa mendengar
kicauan mereka begitu saja...
semakin beragam kicauan mereka, manusia
semakin senang pula mendengar,nya...
manusia tak pernah tau apa
yang di sampaikan oleh burung-burung itu...
bahkan kebodohan manusia adlah
mereka yak mau tau itu semua..

bagi manusia.. semakin indah kicauan burung-burung itu..
semakin menambah NAFSU manusia itu tuk memilikinya..
manusia tak mau tau seperti
apa kebahagia,an burung-burung itu jka
mereka bsa hidup di alam bebas...
sekarang telah menjadi takdir burung itu
krna harus terpaksa hidup
di dalam penjara sangkar, tanpa bisa
merasakan lagi kebebasan... dan hanya bisa menunggu
kematian yang pasti akan menjeputnya di dalam
sangkar yang tak pernah ingin mereka rasakan..
atau mungkin ada mukjizat
yang bisa membebaskan burung-burung itu dari
sangkar yang memenjarakan mereka...???